Menerima pemesanan kreasi uang mahar
corat coret asyik...
Senin, 24 Juni 2013
Jumat, 27 Juli 2012
Stone By Charles Simic (1938
Stone
Go inside a stone
That would be my way.
Let somebody else become a dove
Or gnash with a tiger's tooth.
I am happy to be a stone.
From the outside the stone is a
riddle:
No one knows how to answer it.
Yet within, it must be cool and
quiet
Even though a cow steps on it full
weight,
Even though a child throws it in a
river;
The stone sinks, slow, unperturbed
To the river bottom
Where the fishes come to knock on it
And listen.
I have seen sparks fly out
When two stones are rubbed,
So perhaps it is not dark inside
after all;
Perhaps there is a moon shining
From somewhere, as though behind a
hill—
Just enough light to make out
The strange writings, the
star-charts
On the inner walls.
Charles
Simic, "Stone" from What the Grass Says. Used by permission of
George Braziller, Inc.
Source: What the Grass Says (Harcourt Inc., 1967)
Source: What the Grass Says (Harcourt Inc., 1967)
sebuah pilihan
Hal terberat dalam hidup ini adalah ketika kita dihadapkan pada suatu "PiLihan" yang timbangan kebaikannya hampir sama. Mana yang akan menjadi pilihan terbaik? Mana yang akan lebih memberi manfaat?
Kadang kita harus berani mengambil resiko. Mengorbankan apa yang sebenarnya menjadi keinginan kita. kita tidak bisa mengambil keduanya. Dilema. Ya, itulah yang terjadi. Terkadang kita tidak tahu mana yang sebenarnya terbaik untuk kita. Kadang kita terjebak pada pilihan yang sebenarnya kurang memberi manfaat bijaksana. Semuanya baik, namun ada salah satu yang lebih baik.Tidak keduanya, tapi salah satu...
Disatu sisi, aku tak ingin melihat orang tuaku bersusah payah, diatas genting disiang yang terik dengan kucuran keringat. Memasang atap-atap yang tinggi. Bergelantungan pada tangga-tangga yang menjulang tinggi, memasang plavon dengan benda-benda berat yang dipegangnya. Tak ingin juga mendengar cerita seorang ibu yang rela terjaga di pagi, siang, dan malam. Melayani juragan yang minta makan ditengah malam, atau dipagi buta. Menjaga nenek renta, dan anak majikan yang manja. Minta ini, minta itu. Nyonya bawel yang bentak sana bentak sini. Ah... Aku tak tega melihat mereka banting tulang, bersusah payah demi sepeser rupiah yang dikumpulkan untukku. Aku ingin kerja! Ingin meringankan beban mereka. Itulah pilihan pertamaku.
Disisi lain, aku adalah seorang mahasiswi yang suka berorganisasi. Ingin selalu berkreasi, mengembangkan potensi, dan ingin terus belajar. Ingin diri ini mengabdi, ikut serta dalam memperjuangkan almamater. Ingin sekali diri ini tetap bersama kalian, berjuang bersama demi tujuan dan cita-cita bersama. Itulah pilihan keduaku..
Sahabat seperjuanganku, yang kini menjadi wakil dari mahasiswa sekampus yang kita banggakan. Sahabatku yang sekaligus Presidenku didalam kabinet yang belum terbentuk namanya... Terimakasih karena engkau berusaha mempertahankanku untuk tetap meneruskan perjuangan dalam membesarkan kampus kita. Aku terharu karena engkau tetap memintaku meski batas waktu itu telah berlalu. Aku tahu, engkau menaruh harapan besar agar sahabatmu ini tetap disampingmu. Berjalan bersama dan berjuang bersama didalam organisasi yang telah membesarkan kita. Aku juga ingin sekali...
Namun kakak presidenku, Aku harus mengambil salah satu yang menjadi jalanku. Aku harus memilihnya....
ketika aku tetap melanjutkan organisasi ini, kemudian ditengah-tengah nanti aku meninggalkanmu karena aku membagi waktu antara kuliah, membantu orang tua dan juga organisasi ini, maka egois sekali aku? Jika seperti itu, bisa juga dikatakan pengkhianatan dan meninggalkan tugas&tanggung jawab yang di emban. Aku takut mengecewakanmu sahabatku....
Biarlah tunas-tunas baru yang mengisi foto-foto dalam bagan kepengurusan itu. Biarkanlah mereka yang berjuang bersamamu, mencapai cita-cita bersama... Biarkanlah mereka yang lebih berkomitmen tinggi berjuang bersama dan meraih apa yang dicita-citakan....
Selamat berjuang kawanku, rekan pramukaku, sekaligus presidenku...
Semoga sukses....
Kampus ini akan berkibar ditanganmu!
Sabtu, 11 Februari 2012
Terbobol maling...
Tragedi ini terjadi di kamar kostQ di Jalan Pesanggrahan 01 nomor 02, kelurahan kecamatan Taman, Madiun pada Kamis, 09 Pebruari 2012. Ceritanya berawal dari pukul 01.00 dini hari yang saat itu saya tidak bisa tidur karena banyak nyamuk. Guling sana guling sini, yah.. itulah yang saya lakukan saat itu. Saya bingung sampai tidak terasa pukul 03.00 dini hari. Kemudian saya nelfon kakak saya, berniat membangunkan untuk makan sahur karena saya tahu kebiasaannya setiap hari senin dan kamis, dia selalu aktif puasa. Sempet curhat juga kalu saya sedang tidak bisa tidur karena banyak nyamuk. Kakak menyarankan agar menyalakan kipas, tapi teringat kalau kipasnya lagi rusak akhirnya saya berniat memperbaiki. Gak punya obeng, akhirnya saya punya ide cuma pake potongan kuku. utak atik kipas selama 30 menit, akhirnya kipas nyala. Seneng banget saat itu, sampe sempet mau posting "horeee, gara2 nyamuk kipas saya nyalaa". Tapi niat itu saya urungkan karena pengen beres-beres kamar dulu. Selimut udah tertata di bawah bantal, laptop saya taruh persis diatas bantal, dompet sama HP di bawah selimut. Setelah itu saya mencuci baju ke belakang dalam kondisi pintu depan masih terkunci, gak lupa pula kamar juga saya kunci. Waktu itu pukul 04.00 saya sudah selasai mencuci baju dan lupa hungernya belum saya bawa. Sebelum ambil hunger, adzan subuh berkumandang, teman saya Leli dan mbak Ama bangun, mereka ambil air wudlu. Ketika menuju ke kamar, posisi motor masih menghalangi jalan. Karena saya tahu biasanya mbak Ama pergi ke masjid, akhirnya saya keluarkan 2 motor, otomatis pintu depan saya buka. Semua rapi, saya ambil hunger ke kamar. Keadaan kamar sudah tertata rapi, laptop masih di atas bantal. Tidak seperti biasanya, waktu itu saya sangat rajin, semua saya bereskan. Setelah itu saya ke belakang lagi, menjemur pakaian. Selang kira-kira 5 menit, saya kembali ke kamar dan mengetahui kalau Laptop saya sudah tidak ada. Saya lupa tadi tidak mengunci pintu kamar. dan lagi-lagi 'tidak seperti biasanya'. Yah... mungkin inilah firasat kalau orang lagi mau 'apes'.
Saya kemudian membangunkan teman-teman se isi kost. Dan semua heboh, membantu mencari tetap tidak ada. Setelah itu saya baru sadar juga kalau HP sama dompet juga raib. Langsung saya hubungi namun hasilnya 'nihil'. tidak aktif. Saya cek lagi, hasil yang saya dapatkan adalah, bahwa charger laptop saya juga ikutan di ambil.... "woooo... tarah maling cerdas". padahal posisi crarger jauh dari laptop, di bawah tempat tidur sebelah bawah kaki.
Pukul 07.00 saya langsung menuju kantor polisi ditemani 'kakak terkasih' saya dan langsung melaporkan semuanya. Pukul 08.00 puluhan polisi menuju TKP untuk melakukan penyelidikan.... Tidak hanya itu, hebohnya para wartawan juga langsung dapat kabar dan meliput kejadian, Maluuuu..... Tidak cukup sampe itu, duh perkara jadi sanagt panjang, dan semua isi kost dilakukan penyidikan dan pemeriksaan.
Bersyukur karena saya didampingi oleh 'kakak terkasih' yang bersedia membantu menyelesaikan hingga urusan selesai, ikut pontang - panting, ngurus ini- itu, kesana kemari hanya untuk maling biadap yang telah mencuri barang-barang amanah orang tua saya. Juga tidak ketinggalan sahabat-sahabat kost yang bersedia menjadi saksi dan membantu segalanya atas perkara ini. kalian is the best teman-teman...
Pukul 11.00 saya langsung menuju ke kantor BNI untuk memblokir kartu ATM saya yang juga ikut raib didalam dompet.
Berikut adalah Barang-barang saya yang hilang:
1. Laptop Acer aspire warna coklat beserta charger
(pembelian bunda tercinta)
2. Hp Nexian tipe G922 warna putih
(pembelian kakak)
3. dompet warna coklat berisi:
Teman-teman, siapapun yang mengetahui ini, mohon doanya agar semua cepet kembali dan perkara cepat selesai. Semoga si Maling cepet Sadar n Ngaku...
# Sebenarnya hati saya menangis, mengingat wajah ayah bunda yang bermandi keringat tiap hari demi saya. Sekarang saya kecewakan... maafkan saya yah, bund...
Namun teringat kata kakek :
"Jangan tampakkan wajah sedih, tetap tersenyum.. :)"
Saya kemudian membangunkan teman-teman se isi kost. Dan semua heboh, membantu mencari tetap tidak ada. Setelah itu saya baru sadar juga kalau HP sama dompet juga raib. Langsung saya hubungi namun hasilnya 'nihil'. tidak aktif. Saya cek lagi, hasil yang saya dapatkan adalah, bahwa charger laptop saya juga ikutan di ambil.... "woooo... tarah maling cerdas". padahal posisi crarger jauh dari laptop, di bawah tempat tidur sebelah bawah kaki.
Pukul 07.00 saya langsung menuju kantor polisi ditemani 'kakak terkasih' saya dan langsung melaporkan semuanya. Pukul 08.00 puluhan polisi menuju TKP untuk melakukan penyelidikan.... Tidak hanya itu, hebohnya para wartawan juga langsung dapat kabar dan meliput kejadian, Maluuuu..... Tidak cukup sampe itu, duh perkara jadi sanagt panjang, dan semua isi kost dilakukan penyidikan dan pemeriksaan.
Bersyukur karena saya didampingi oleh 'kakak terkasih' yang bersedia membantu menyelesaikan hingga urusan selesai, ikut pontang - panting, ngurus ini- itu, kesana kemari hanya untuk maling biadap yang telah mencuri barang-barang amanah orang tua saya. Juga tidak ketinggalan sahabat-sahabat kost yang bersedia menjadi saksi dan membantu segalanya atas perkara ini. kalian is the best teman-teman...
Pukul 11.00 saya langsung menuju ke kantor BNI untuk memblokir kartu ATM saya yang juga ikut raib didalam dompet.
Berikut adalah Barang-barang saya yang hilang:
1. Laptop Acer aspire warna coklat beserta charger
(pembelian bunda tercinta)
2. Hp Nexian tipe G922 warna putih
(pembelian kakak)
3. dompet warna coklat berisi:
- uang 140.000
- kartu ATM
- KTP
- SIM C
- STNK
- Kartu Mahasiswa
- Kartu Perpus
- 2 buah flashdisk kingston berisi data2 penting.
Teman-teman, siapapun yang mengetahui ini, mohon doanya agar semua cepet kembali dan perkara cepat selesai. Semoga si Maling cepet Sadar n Ngaku...
# Sebenarnya hati saya menangis, mengingat wajah ayah bunda yang bermandi keringat tiap hari demi saya. Sekarang saya kecewakan... maafkan saya yah, bund...
Namun teringat kata kakek :
"Jangan tampakkan wajah sedih, tetap tersenyum.. :)"
Sabtu, 14 Januari 2012
kisah Inspirasi dari Italia
Di
suatu Koran Itali, muncullah berita pencarian orang yang istimewa.
17 Mei 1992 di parkiran mobil ke 5 Wayeli (nama kota , tak tahu aku bener ngak nulisnya), seorang wanita kulit putih diperkosa oleh seorang kulit hitam. Tak lama kemudian, sang wanita melahirkan seorang bayi perempuan berkulit hitam. Ia dan suaminya tiba-tiba sajamenanggung tanggung jawabuntuk memelihara anak ini. Sayangnya, sang bayi kini menderita leukemia kanker darah dan ia memerlukan transfer sumsum tulang belakang segera. Ayah kandungnya merupakan satu-satunya penyambung harapan hidupnya. Berharap agar pelaku pada waktu itu saat melihat berita ini, bersedia menghubungi Dr. Adely di RS Elisabeth.
Berita pencarian orang ini membuat seluruh masyarakat gempar. Setiap orang membicarakannya. Masalahnya adalah apakah orang hitam ini berani muncul. Padahal jelas, ia akan menghadapi kesulitan besar. Jika ia berani muncul, ia akan menghadapi masalah hukum, dan ada kemungkinan merusak kehidupan rumah tangganya sendiri. Jika ia tetap bersikeras untuk diam, ia sekali lagi membuat dosa yang tak terampuni. Kisah ini akan berakhir bagaimanakah?
Seorang anak perempuan yang menderita leukimia ternyata menyimpan suatu kisah yang memalukan di suatu perkampungan Itali. Martha,35 thn, adalah wanita yang menjadi pembicaraan semua orang. Ia dan suaminya Peterson adalah warga kulit putih, tetapi di antara kedua anaknya, ternyata terdapat satu yang berkulit hitam. Hal ini menarik perhatian setia porang disekitar mereka untuk bertanya. Martha hanya tersenyum kecil berkata pada mereka bahwa nenek berkulit hitam, dan kakeknya berkulit putih, maka anaknya Monika mendapat kemungkinan seperti ini.
Musim gugur 2002, Monika yang berkulit hitam terus menerus mengalami demam tinggi. Terakhir, Dr. Adely memvonis Monika menderita leukimia. “Harapan satu-satunya hanyalah mencari pedonor sumsum tulang belakang yang paling cocok untuknya.” Dokter menjelaskan lebih lanjut. “Diantara mereka yang ada hubungan darah dengan Monika merupakan cara yang paling mudah untuk menemukan pedonor tercocok. Harap seluruh anggota keluarga kalian berkumpul untuk menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang.” Raut wajah Martha berubah, tapi tetap saja seluruh keluarga menjalani pemeriksaan. Hasilnya tak satupun yang cocok. Dokter memberitahu mereka, dalam kasus seperti Monika ini, mencari pedonor yang cocok sangatlah kecil kemungkinannya. Sekarang hanya ada satu cara yang paling manjur, yaitu Martha dan suaminya kembali mengandung anak lagi. dan mendonorkan darah anak untuk Monika. Mendengar usul ini Martha tiba-tiba menjadi panik, dan berkata tanpa suara, “Tuhan..kenapa menjadi begini?” Ia menatap suaminya, sinar matanya dipenuhi ketakutan dan putus asa.
Peterson mengerutkan keningnya berpikir. Dr. Adely berusaha menjelaskan pada mereka, “saat ini banyak orang yang menggunakan cara ini untuk menolong nyawa para penderita leukimia, lagi pula cara ini terhadap bayi yang baru dilahirkan sama sekali tak ada pengaruhnya.” Hal ini hanya didengarkan oleh pasangan suami istri tersebut, dan termenung begitu lama.
Terakhir mereka
hanya berkata, “Biarkan kami memikirkannya kembali.”
Malam kedua, Dr. Adely tengah bergiliran tugas, tiba-tiba pintu ruang kerjanya terbuka, pasangan suami-istri tersebut. Martha menggigit bibirnya keras, suaminya Peterson, menggenggam tangannya, dan berkata serius pada dokter. “Ada suatu hal yang perlu kami beritahukan padamu. Tapi harap Anda berjanji untuk menjaga kerahasiaan ini, karena ini merupakan rahasia kami suami-istri selama beberapa tahun.” Dr. Adely menganggukkan kepalanya. Lalu mereka menceritakan: “Itu adalah 10 tahun lalu, dimana Martha ketika pulang kerja telah diperkosa seorang remaja berkulit hitam. Saat Martha sadar, dan pulang ke rumah dengan tergesa-gesa, waktu telah menunjukkan pukul 1 malam. Waktu itu aku bagaikan gila keluar rumah mencari orang hitam itu untuk membuat perhitungan. Tapi telah tak ada bayangan orang satupun. Malam itu kami hanya dapat memeluk kepala masing-masing menahan kepedihan. Sepertinya seluruh langit runtuh.” Bicara sampai sini, Peterson telah dibanjiri air mata, Ia melanjutkan kembali.
“Tak lama kemudian Martha mendapati dirinya hamil. Kami merasa sangat ketakutan, kuatir bila anak yang dikandungnya merupakan milik orang hitam tersebut. Martha berencana untuk menggugurkannya, tapi aku masih mengharapkan keberuntungan, mungkin anak yang dikandungnya adalah bayi kami. Begitulah, kami ketakutan menunggu beberapa bulan. Maret 1993, Martha melahirkan bayi perempuan, dan ia berkulit hitam. Kami begitu putus asa, pernah terpikir untuk mengirim sang anak ke panti asuhan. Tapi mendengar suara tangisnya, kami sungguh tak tega. Terlebih lagi bagaimanapun Martha telah mengandungnya, ia juga merupakan sebuah nyawa. Aku dan Martha merupakan warga Kristen yang taat, pada akhirnya kami memutuskan untuk memeliharanya, dan memberinya nama Monika.”
Mata Dr. Adely juga digenangi air mata, pada akhirnya ia memahami mengapa bagi kedua suami istri tersebut kembali mengandung anak merupakan hal yang sangat mengkuatirkan. Ia berpikir sambil mengangguk-anggukkan kepala, Dr. Adely berkata “Memang jika demikian, kalian melahirkan 10 anak sekalipun akan sulit untuk mendapatkan donor yang cocok untuk Monika.” Beberapa lama kemudian, ia memandang Martha dan berkata, “Kelihatannya, kalian harus mencari ayah kandung Monika. Barangkali sumsum tulangnya cocok untuk Monika. Tetapi, apakah kalian bersedia membiarkan ia kembali muncul dalam kehidupan kalian?” Martha berkata, “Demi anak, aku bersedia berlapang dada memaafkannya. Bila ia bersedia muncul menyelamatkannya. Aku tak akan memperkarakannya.” Dr. Adely merasa terkejut akan kedalaman cinta sang ibu.
Martha dan Peterson mempertimbangkannya baik-baik, sebelum akhirnya memutuskan memuat berita pencarian ini di koran dengan menggunakan nama samaran.
17 Mei 1992 di parkiran mobil ke 5 Wayeli (nama kota , tak tahu aku bener ngak nulisnya), seorang wanita kulit putih diperkosa oleh seorang kulit hitam. Tak lama kemudian, sang wanita melahirkan seorang bayi perempuan berkulit hitam. Ia dan suaminya tiba-tiba sajamenanggung tanggung jawabuntuk memelihara anak ini. Sayangnya, sang bayi kini menderita leukemia kanker darah dan ia memerlukan transfer sumsum tulang belakang segera. Ayah kandungnya merupakan satu-satunya penyambung harapan hidupnya. Berharap agar pelaku pada waktu itu saat melihat berita ini, bersedia menghubungi Dr. Adely di RS Elisabeth.
Berita pencarian orang ini membuat seluruh masyarakat gempar. Setiap orang membicarakannya. Masalahnya adalah apakah orang hitam ini berani muncul. Padahal jelas, ia akan menghadapi kesulitan besar. Jika ia berani muncul, ia akan menghadapi masalah hukum, dan ada kemungkinan merusak kehidupan rumah tangganya sendiri. Jika ia tetap bersikeras untuk diam, ia sekali lagi membuat dosa yang tak terampuni. Kisah ini akan berakhir bagaimanakah?
Seorang anak perempuan yang menderita leukimia ternyata menyimpan suatu kisah yang memalukan di suatu perkampungan Itali. Martha,35 thn, adalah wanita yang menjadi pembicaraan semua orang. Ia dan suaminya Peterson adalah warga kulit putih, tetapi di antara kedua anaknya, ternyata terdapat satu yang berkulit hitam. Hal ini menarik perhatian setia porang disekitar mereka untuk bertanya. Martha hanya tersenyum kecil berkata pada mereka bahwa nenek berkulit hitam, dan kakeknya berkulit putih, maka anaknya Monika mendapat kemungkinan seperti ini.
Musim gugur 2002, Monika yang berkulit hitam terus menerus mengalami demam tinggi. Terakhir, Dr. Adely memvonis Monika menderita leukimia. “Harapan satu-satunya hanyalah mencari pedonor sumsum tulang belakang yang paling cocok untuknya.” Dokter menjelaskan lebih lanjut. “Diantara mereka yang ada hubungan darah dengan Monika merupakan cara yang paling mudah untuk menemukan pedonor tercocok. Harap seluruh anggota keluarga kalian berkumpul untuk menjalani pemeriksaan sumsum tulang belakang.” Raut wajah Martha berubah, tapi tetap saja seluruh keluarga menjalani pemeriksaan. Hasilnya tak satupun yang cocok. Dokter memberitahu mereka, dalam kasus seperti Monika ini, mencari pedonor yang cocok sangatlah kecil kemungkinannya. Sekarang hanya ada satu cara yang paling manjur, yaitu Martha dan suaminya kembali mengandung anak lagi. dan mendonorkan darah anak untuk Monika. Mendengar usul ini Martha tiba-tiba menjadi panik, dan berkata tanpa suara, “Tuhan..kenapa menjadi begini?” Ia menatap suaminya, sinar matanya dipenuhi ketakutan dan putus asa.
Peterson mengerutkan keningnya berpikir. Dr. Adely berusaha menjelaskan pada mereka, “saat ini banyak orang yang menggunakan cara ini untuk menolong nyawa para penderita leukimia, lagi pula cara ini terhadap bayi yang baru dilahirkan sama sekali tak ada pengaruhnya.” Hal ini hanya didengarkan oleh pasangan suami istri tersebut, dan termenung begitu lama.
Terakhir mereka
hanya berkata, “Biarkan kami memikirkannya kembali.”Malam kedua, Dr. Adely tengah bergiliran tugas, tiba-tiba pintu ruang kerjanya terbuka, pasangan suami-istri tersebut. Martha menggigit bibirnya keras, suaminya Peterson, menggenggam tangannya, dan berkata serius pada dokter. “Ada suatu hal yang perlu kami beritahukan padamu. Tapi harap Anda berjanji untuk menjaga kerahasiaan ini, karena ini merupakan rahasia kami suami-istri selama beberapa tahun.” Dr. Adely menganggukkan kepalanya. Lalu mereka menceritakan: “Itu adalah 10 tahun lalu, dimana Martha ketika pulang kerja telah diperkosa seorang remaja berkulit hitam. Saat Martha sadar, dan pulang ke rumah dengan tergesa-gesa, waktu telah menunjukkan pukul 1 malam. Waktu itu aku bagaikan gila keluar rumah mencari orang hitam itu untuk membuat perhitungan. Tapi telah tak ada bayangan orang satupun. Malam itu kami hanya dapat memeluk kepala masing-masing menahan kepedihan. Sepertinya seluruh langit runtuh.” Bicara sampai sini, Peterson telah dibanjiri air mata, Ia melanjutkan kembali.
“Tak lama kemudian Martha mendapati dirinya hamil. Kami merasa sangat ketakutan, kuatir bila anak yang dikandungnya merupakan milik orang hitam tersebut. Martha berencana untuk menggugurkannya, tapi aku masih mengharapkan keberuntungan, mungkin anak yang dikandungnya adalah bayi kami. Begitulah, kami ketakutan menunggu beberapa bulan. Maret 1993, Martha melahirkan bayi perempuan, dan ia berkulit hitam. Kami begitu putus asa, pernah terpikir untuk mengirim sang anak ke panti asuhan. Tapi mendengar suara tangisnya, kami sungguh tak tega. Terlebih lagi bagaimanapun Martha telah mengandungnya, ia juga merupakan sebuah nyawa. Aku dan Martha merupakan warga Kristen yang taat, pada akhirnya kami memutuskan untuk memeliharanya, dan memberinya nama Monika.”
Mata Dr. Adely juga digenangi air mata, pada akhirnya ia memahami mengapa bagi kedua suami istri tersebut kembali mengandung anak merupakan hal yang sangat mengkuatirkan. Ia berpikir sambil mengangguk-anggukkan kepala, Dr. Adely berkata “Memang jika demikian, kalian melahirkan 10 anak sekalipun akan sulit untuk mendapatkan donor yang cocok untuk Monika.” Beberapa lama kemudian, ia memandang Martha dan berkata, “Kelihatannya, kalian harus mencari ayah kandung Monika. Barangkali sumsum tulangnya cocok untuk Monika. Tetapi, apakah kalian bersedia membiarkan ia kembali muncul dalam kehidupan kalian?” Martha berkata, “Demi anak, aku bersedia berlapang dada memaafkannya. Bila ia bersedia muncul menyelamatkannya. Aku tak akan memperkarakannya.” Dr. Adely merasa terkejut akan kedalaman cinta sang ibu.
Martha dan Peterson mempertimbangkannya baik-baik, sebelum akhirnya memutuskan memuat berita pencarian ini di koran dengan menggunakan nama samaran.
November 2002, di
koran Wayeli termuat berita pencarian ini, seperti yang digambarkan sebelumnya.
Berita ini memohon sang pelaku pemerkosaan waktu itu berani muncul, demi untuk
menolong sebuah nyawa seorang anak perempuan penderita leukimia! Begitu berita
ini keluar, tanggapan masyarakat begitu menggemparkan. Kotak surat dan telepon
Dr.Adely bagaikan meledak saja, kebanjiran surat masuk dan telepon, orang-orang
terus bertanya siapakah wanita ini? Mereka ingin bertemu dengannya, berharap
dapat memberikan bantuan padanya. Tetapi Martha menolak semua perhatian mereka,
ia tak ingin mengungkapkan identitas sebenarnya, lebih tak ingin lagi identitas
Monika sebagai anak hasil pemerkosaan terungkap.Seluruh media penuh dengan diskusi tentang bagaimana cerita ini berakhir. Orang hitam itu akan munculkah? Jika orang hitam ini berani muncul, akan bagaimanakah masyarakat kita sekarang menilainya? Akankah menggunakan hukum yang berlaku untuk menghakiminya? Haruskah ia menerima hukuman dan cacian untuk masa lalunya, ataukah ia harus menerima pujian karena keberaniannya hari ini?
Saat itu berita pencarian juga muncul di Napulese, memporakporandakan perasaan seorang pengelola toko minuman keras berusia 30 tahun. Ia seorang kulit hitam, bernama Ajili. 17 Mei 1992 waktu itu, ia memiliki lembaran terkelam merupakan mimpi terburuknya di malam berhujan itu. Ia adalah sang peran utama dalam kisah ini. Tak seorangpun menyangka, Ajili yang sangat kaya raya itu, pernah bekerja sebagai pencuci piring panggilan. Dikarenakan orang tuanya telah meninggal sejak ia masih muda, ia yang tak pernah mengenyam dunia pendidikan terpaksa bekerja sejak dini. Ia yang begitu pandai dan cekatan, berharap dirinya sendiri bekerja dengan giat demi mendapatkan sedikit uang dan penghargaan dari orang lain. Tapi sialnya, bosnya merupakan seorang rasialis, yang selalu mendiskriminasikannya. Tak peduli segiat apapun dirinya, selalu memukul dan memakinya. 17 Mei 1992, merupakan ulang tahunnya ke 20, ia berencana untuk pulang kerja lebih awal untuk merayakan hari ulang tahunnya. Siapa menyangka, ditengah kesibukan ia memecahkan sebuah piring. Sang bos menahan kepalanya, memaksanya untuk menelan pecahan piring. Ajili begitu marah dan memukul sang bos, lalu berlari keluar meninggalkan restoran. Ditengah kemarahannya ia bertekad untuk membalas dendam pada si kulit putih. Malam berhujan lebat, tiada seorangpun lewat, dan di parkiran ia bertemu Martha. Untuk membalaskan dendamnya akibat pendiskriminasian, ia pun memperkosa sang wanita yang tak berdosa ini.
Tapi selesai melakukannya, Ajili mulai panik dan ketakutan. Malam itu juga Ia menggunakan uang ulang tahunnya untuk membeli tiket KA menuju Napulese, meninggalkan kota ini. Di Napulese ia bertemu keberuntungannya.
Ajili mendapatkan pekerjaan dengan lancar di restoran milik orang Amerika.
Kedua pasangan Amerika ini sangatlah mengagumi kemampuannya, dan penikahkannya dengan anak perempuan mereka, Lina, dan pada akhirnya juga mempercayainya untuk mengelola toko mereka.
Beberapa tahun ini, ia yang begitu tangkas, tak hanya memajukan bisnis toko minuman keras ini, ia juga memiliki 3 anak yang lucu. Dimata pekerja lainnya dan seluruh anggota keluarga, Ajili merupakan bos yang baik, suami yang baik, ayah yang baik. Tapi hati nuraninya tetap membuatnya tak melupakan dosa yang pernah diperbuatnya. Ia selalu memohon ampun pada Tuhan dan berharap Tuhan melindungi wanita yang pernah diperkosanya, berharap ia selalu hidup damai dan tentram. Tapi ia menyimpan rahasianya rapat-rapat, tak memberitahu seorangpun.
Pagi hari itu, Ajili berkali-kali membolak-balik koran, ia terus mempertimbangkan kemungkinan dirinyalah pelaku yang dimaksud. Sedikitpun ia tak pernah membayangkan bahwa wanita malang itu mengandung anaknya, bahkan menanggung tanggung jawab untuk memelihara dan menjaga anak yang awalnya bukanlah miliknya. Hari itu, Ajili beberapa kali mencoba menghubungi no.Telepon Dr.Adely. Tapi setiap kali, belum sempat menekan habis tombol telepon, ia telah menutupnya kembali. Hatinya terus bertentangan, bila ia bersedia mengakui semuanya, setiap orang kelak akan mengetahui sisi terburuknya ini, anak-anaknya tak akan lagi mencintainya, ia akan kehilangan keluarganya yang bahagia dan istrinya yang cantik. Juga akan kehilangan penghormatan masyarakat disekitarnya. Semua yang ia dapatkan dengan ditukar kerja kerasnya bertahun-tahun. Malam itu, saat makan bersama, seluruh keluarga mendiskusikan kasus Martha. Sang istri, Lina berkata, “Aku sangat mengagumi Martha. Bila aku diposisinya, aku tak akan memiliki keberanian untuk memelihara anak hasil perkosaan hingga dewasa. Aku lebih mengagumi lagi suami Martha ia sungguh pria yang patut dihormati, tak disangka ia dapat menerima anak yang demikian.”
Ajili termenung mendengarkan pendapat istrinya, dan tiba-tiba mengajukan pertanyaan, “Kalau begitu, bagaimana kau memandang pelaku pemerkosaan itu?” “Sedikitpun aku tak akan memaafkannya! Waktu itu ia sudah membuat kesalahan, kali ini juga hanya dapat meringkuk menyelingkupi dirinya sendiri, ia benar-benar begitu rendah, begitu egois, begitu pengecut! Ia benar-benar seorang pengecut!”, demikian istrinya menjawab dengan dipenuhi api kemarahan. Ajili mendengarkan saja, tak berani mengatakan kenyataan pada istrinya. Malam itu, anaknya yang baru berusia 5 tahun begitu rewel tak bersedia tidur, untuk pertama kalinya Ajili kehilangan kesabaran dan menamparnya. Sang anak sambil menangis berkata :”Kau ayah yang jahat, aku tak mau peduli kamu lagi. Aku tak ingin kau menjadi ayahku”.
Hati Ajili bagai
terpukul keras mendengarnya, ia pun memeluk erat-erat sang anak dan berkata,
“Maaf, ayah tak akan memukulmu lagi. Ayah yang salah, maafkan papa ya.” Sampai
sini, Ajili pun tiba-tiba menangis. Sang anak terkejut dibuatnya, dan buru-buru
berkata padanya untuk menenangkan ayahnya, “Baiklah, kumaafkan. Guru TK ku
bilang, anak yang baik adalah anak yang mau memperbaiki kesalahannya.”Malam itu, Ajili tak dapat terlelap, merasa dirinya bagaikan terbakar dalam neraka. Dimatanya selalu terbayang kejadian malam berhujan deras itu, dan bayangan sang wanita. Ia sepertinya dapat mendengarkan jerit tangis wanita itu. Tak henti-hentinya ia bertanya pada dirinya sendiri, “Aku ini sebenarnya
orang baik, atau orang jahat?” Mendengar bunyi napas istrinya yang teratur, ia pun kehilangan seluruh keberaniannya untuk berdiri.
Hari kedua, ia hampir tak tahan lagi rasanya. Istrinya mulai merasakan adanya ketidakberesan pada dirinya, memberikan perhatian padanya dengan menanyakan apakah ada masalah? Dan ia mencari alasan tak enak badan untuk meloloskan dirinya. Pagi hari di jam kerja, sang karyawan menyapanya ramah, “Selamat pagi, manager!” Mendengar itu, wajahnya tiba-tiba menjadi pucat pasi, dalam hati dipenuhi perasaan tak menentu dan rasa malu. Ia merasa dirinya hampir menjadi gila saja rasanya.
Setelah berhari-hari memeriksa hati nuraninya, Ajili tak dapat lagi terus diam saja, iapun menelepon Dr. Adely. Ia berusaha sekuat tenaga menjaga suaranya supaya tetap tenang, “Aku ingin mengetahui keadaan anak malang itu.” Dr. Adely memberitahunya, keadaan sang anak sangat parah. Dr.Adely menambahkan kalimat terakhirnya berkata, “Entah apa ia dapat menunggu hari kemunculan ayah kandungnya?” Kalimat terakhir ini menyentuh hati Ajili yang paling dalam, suatu perasaan hangat sebagai sang ayah mengalir keluar, bagaimanapun anak itu juga merupakan darah dagingnya sendiri! Ia pun membulatkan tekad untuk menolong Monika. Ia telah melakukan kesalahan sekali, tak boleh kembali membiarkan dirinya meneruskan kesalahan ini. Malam hari itu juga, ia pun mengobarkan keberaniannya sendiri untuk memberitahu sang istri tentang segala rahasianya. Terakhir ia berkata, “Sangatlah mungkin bahwa aku adalah ayah Monika. Aku harus menyelamatkannya.”
Lina sangat terkejut, marah dan terluka, mendengar semuanya, ia berteriak marah, “Kau PEMBOHONG!”
Malam itu juga ia membawa ketiga anak mereka, dan lari pulang ke rumah ayah ibunya. Ketika ia memberitahu mereka tentang kisah Ajili, kemarahan kedua suami-istri tersebut dengan segera mereda. Mereka adalah dua orang tua yang penuh pengalaman hidup, mereka menasehatinya, “Memang benar, kita patut marah terhadap segala tingkah laku Ajili di masa lalu. Tapi pernahkah kamu memikirkan, ia dapat mengulurkan dirinya untuk muncul, perlu berapa banyak keberanian besar. Hal ini membuktikan bahwa hati nuraninya belum sepenuhnya terkubur. Apakah kau mengharapkan seorang suami yang pernah melakukan kesalahan tapi kini bersedia memperbaiki dirinya Ataukah seornag suami yang selamanya menyimpan kebusukan ini di dalamnya?”
Mendengar ini Lina terpekur beberapa lama.
Pagi-pagi di hari kedua, ia langsung kembali ke sisi Ajili, menatap mata sang suami yang dipenuhi penderitaan, Lina menetapkan hatinya berkata, “Ajili, pergilah menemui Dr. Adely ! Aku akan menemanimu!” 3 Februari 2003, suami istri Ajili, menghubungi Dr. Adely. 8 Februari, pasangan tersebut tiba di RS Elisabeth, demi untuk pemeriksaan DNA Ajili. Hasilnya Ajili benar-benar adalah ayah Monika. Ketika Martha mengetahui bahwa orang hitam pemerkosanya itu pada akhirnya berani memunculkan dirinya, ia pun tak dapat menahan air matanya. Sepuluh tahun ini ia terus memendam dendam kesumat terhadap Ajili, namun saat ini ia hanya dipenuhi perasaan terharu.
Segalanya berlangsung dalam keheningan. Demi untuk melindungi pasangan Ajili dan pasangan Martha, pihak RS tidak mengungkapkan dengan jelas identitas mereka semua pada media, dan juga tak bersedia mengungkapkan keadaan sebenarnya, mereka hanya memberitahu media bahwa ayah kandung Monika telah ditemukan.
Berita ini
mengejutkan seluruh pemerhati berita ini. Mereka terus-menerus menelepon,
menulis surat pada Dr. Adely, memohon untuk dapat menyampaikan kemarahan mereka
pada orang hitam ini, sekaligus penghormatan mereka padanya. Mereka
berpendapat, “Barangkali ia pernah
melakukan tindak pidana, namun saat ini ia seorang pahlawan!”10 Februari, kedua pasangan Martha dan suami memohon untuk dapat bertemu muka langsung dengan Ajili. Awalnya Ajili tak berani untuk menemui mereka, namun pada permohonan ketiga Martha, iapun menyetujui hal ini.
18 Februari, dalam ruang tertutup dan dirahasiakan di RS, Martha bertemu langsung dengan Ajili. Ajili baru saja memangkas rambutnya, saat ia melihat Martha, langkah kakinya terasa sangatlah berat, raut wajahnya memucat. Martha dan suaminya melangkah maju, dan mereka bersama-sama saling menjabat tangan masing-masing, sesaat ketiga orang tersebut diam tanpa suara menahan kepedihan, sebelum akhirnya air mata mereka bersama-sama mengalir. Beberapa waktu kemudian, dengan suara serak Ajili berkata, “Maaf…mohon maafkan aku! Kalimat ini telah terpendam dalam hatiku selama 10 tahun. Hari ini akhirnya aku mendapat kesempatan untuk mengatakannya langsung kepadamu.” Martha menjawab :”Terima kasih kau mau muncul. Semoga Tuhan memberkati, sehingga sumsum tulang belakangmu dapat menolong putriku”.
19 Februari, dokter melakukan pemeriksaan sumsum tulang belakang Ajili. Untungnya, sumsum tulang belakangnya sangat cocok bagi Monika. Sang dokter berkata dengan antusias : “Ini suatu keajaiban!”
22 Februari 2003, sekian lama harapan masyarakat luas akhirnya terkabulkan. Monika menerima sumsum tulang belakang Ajili, dan pada akhirnya Monika telah melewati masa kritis. Satu minggu kemudian, Monika boleh keluar RS dengan sehat walafiat.
Martha dan suami memaafkan Ajili sepenuhnya, dan secara khusus mengundang Ajili dan Dr. Adely datang kerumah mereka untuk merayakannya. Tapi hari itu Ajili tidak hadir, ia memohon Dr. Adely membawa suratnya bagi mereka. Dalam suratnya ia menyatakan penyesalan dan rasa malunya berkata, “Aku tak ingin kembali mengganggu kehidupan tenang kalian. Aku berharap Monika berbahagia selalu hidup dan tumbuh dewasa bersama kalian. Bila kalian menghadapi kesulitan bagaimanapun, harap hubungi aku, aku akan berusaha sekuat tenaga untuk membantu kalian”. “Saat ini juga, aku sangat berterima kasih pada Monika, dari dalam lubuk hatiku terdalam, dialah yang memberiku kesempatan untuk menebus dosa. Dialah yang membuatku dapat memiliki kehidupan yang benar-benar bahagia di separoh usiaku selanjutnya. Ini adalah hadiah yang ia berikan padaku !” (Italia post)
Senin, 14 November 2011
buat sahabat saya yang baik hati....
jika diperkenankan....
saya ingin mengucap terima kasih kepada sahabat saya yang telah membuatkan blog saya, mau mengajari saya, dan secara tidak langsung bisa membangkitkan semangat saya, untuk terus selalu belajar dan mencoba...
saya kok merasa 'bangkit' dari ke tidak tahuan saya terhadap dunia internet.....
meski saya belum merasa tahu, tapi saya merasa senang sekali untuk 'ingin tahu'.....
Saya juga bangkit dari kemalas'an saya, yang dulu hobby menulis, yang sempat pudar kini hadir kembali.
Blog ini menjadi media yang cocok untuk memuangkan imajinasi-imajinasi yang masih berjubel di benak saya.
Kini, hobby saya yang sempat pudar, muncul kembali.
Ada semangat lagi untuk berkreasi, membuat puisi, cerpen dan tulisan lainnya.
pokok'e ketagihan untuk terus mempelajari dan mengisi blog yang sudah dibuatkan ini....
Jangan bosan mengajari saya.
terima kasih.... ;)
Ta Wienz Fa
http://tabahwinopa.blogspot.com
saya ingin mengucap terima kasih kepada sahabat saya yang telah membuatkan blog saya, mau mengajari saya, dan secara tidak langsung bisa membangkitkan semangat saya, untuk terus selalu belajar dan mencoba...
saya kok merasa 'bangkit' dari ke tidak tahuan saya terhadap dunia internet.....
meski saya belum merasa tahu, tapi saya merasa senang sekali untuk 'ingin tahu'.....
Saya juga bangkit dari kemalas'an saya, yang dulu hobby menulis, yang sempat pudar kini hadir kembali.
Blog ini menjadi media yang cocok untuk memuangkan imajinasi-imajinasi yang masih berjubel di benak saya.
Kini, hobby saya yang sempat pudar, muncul kembali.
Ada semangat lagi untuk berkreasi, membuat puisi, cerpen dan tulisan lainnya.
pokok'e ketagihan untuk terus mempelajari dan mengisi blog yang sudah dibuatkan ini....
Jangan bosan mengajari saya.
terima kasih.... ;)
Ta Wienz Fa
http://tabahwinopa.blogspot.com
Jumat, 11 November 2011
Mengenali karakter dari bahasa tubuh....
Kadang
jika kita sedang saling berutukar komunikasi atau sedang berbicara dengan orang lain kita selalu melakukan beberapa gerakan bahasa tubuh yang mempunyai arti
dengan semua pembicaraan kita, tetapi apakah anda mengetahui arti dari
pergerakan bahasa tubuh tersebut?.
Bahasa Tubuh itu juga mengartikan sebuah
bahasa yang kadang kita sendiri tidak sadar, dan bahasa tubuh itu juga bisa
menentukan beberapa sisi dari pembawaan watak dan karakter si pembicara
tersebut. dibawah ini merupakan beberapa pergerakan tubuh atau bahasa tubuh
yang bisa menentukan karakter orang tersebut.
1. Membuka atau menutup telapak
tangan
Gerakan membuka telapak tangan seperti sedang
akan menyajikan makanan mengindikasikan sosok yang terbuka. Jika kondisinya
gerakan tangan ini dilakukan saat dalam suasana pertemuan atau rapat, artinya
orang tersebut terbuka dengan ide yang dituangkan dalam forum tersebut.
Sementara, jika posisi telapak tangan
menghadap ke bawah atau mengepalkan tinju artinya orang tersebut berada dalam
posisi kuat. Petanda lainnya adalah orang tersebut tidak terlalu fleksibel.
2. Memainkan lengan saat bicara
Studi menunjukkan orang yang berbicara dengan
gestur tertentu memiliki sifat energik, ramah, dan hangat. Sedangkan mereka
yang bicara tanpa gestur cenderung terlihat sebagai sosok logis dan senang
menganalisa. Perlu dicatat, gestur juga perlu dikontrol karena jika saat bicara
Anda menunjukkan gestur yang berlebihan dan terlalu bersemangat menunjukkan
Anda tidak bisa dipercaya dan tak berdaya.
Saat takut atau khawatir, sangat memungkinkan
gestur Anda terlalu berlebihan. Gerakan yang tak perlu seperti ini biasanya
ditemui dalam wawancara kerja. Untuk mengatasinya pegang sesuatu saat sedang
bicara, pulpen misalnya.
3. Menyembunyikan tangan
Menyembunyikan tangan di pangkuan, dalam
kantong celana atau jaket, di belakang badan, menunjukkan gerakan
ketidakjujuran atau kebohongan. Anda seperti sedang menyembunyikan sesuatu dari
orang lain atau dari lawan bicara.
“Orang
yang bicara dengan gestur seperti ini sedang memberitahukan Anda tentang
sesuatu hal, tetapi dengan gerakan menyembunyikan tangan, artinya ia tidak
sedang memberikan sesuatu secara utuh, ada yang disembunyikannya,” papar Anita
Barbee, profesor ilmu sosial dari University of Louisville, Kentucky.
4. Mencungkil kuku dan Menggigit Kuku
Saat sedang bicara, jika Anda bermain-main
dengan kutikula di ujung jari atau kuku menandakan Anda tidak percaya diri dan
penakut. Anda bisa mengatasi rasa minder dengan cara melipat tangan dengan jari
telunjuk diluruskan ke arah siku. Gestur ini lebih menonjolkan kepercayaan
diri.
Jadi apakah sahabat ingat, kebiasaan apa saja yang sering sahabat lakukan??
Dari situlah sahabat tau tentang karakter sahabat sendiri....
okayyy.....
salam hangat dariku,
sampai jumpa kembali....
Tabah Winopa
Langganan:
Komentar (Atom)

