Menerima pemesanan kreasi uang mahar
corat coret asyik...

Cerpen


menggapai cita
Menggapai Cita....
by: Pangudi Tabah Winopa

Ketika kakiku menginjakkan halaman rumah, aku terpana. Keringat dingin merembes dari seluruh pori-poriku. Mataku hampir berkunang-kunang, namun aku berusaha untuk tidak terjatuh. Seluruh tubuhku lemas tak berdaya. Akhirnya pipiku basah oleh aliran airmata. Mengucur deras.
            Aku menangis....
Ya aku menangis oleh keadaan rumahku yang tragis. Pertama kali yang kulihat ialah rumput liar yang tumbuh di halaman hampir setinggi lutut. Kemudian ku langkahkan kaki menuju pintu rumahku, sarang laba-laba berkuasa dimana-mana. Bunyi derit ketika perlahan-lahan kubuka pintu, Oh Tuhan... apa yang sedang terjadi pada rumahku.....? berantakan! Airmataku semakin deras ketika aku melangkahkan kaki dan tanganku meraba semua benda yang penuh debu.
            Kemana ayahku? Kemana??

by: Pangudi Tabah Winopa
Cadär.jpg
Fikiranku melayang kemana-mana. Sosok seorang wanita yang sangat kubenci menguasai fikiranku. Mengatakan padaku “ayahmu itu milikkku”
Tidaaakkk!!!! Aku tak akan membiarkan airmata ibuku menetes lagi. Cukup!
Namun bayangan wanita setan itu lagi-lagi menghampiriku. “ibumu itu tidak bisa memuaskan ayahmu....! dia bersamaku sekarang....! hahahahaha.... “
            Tanganku mulai mengepal dan dengan sekuat tenaga melayang ke bayangan sosok wanita itu. Namun... praannnnggg....kaca almari pecah  berantakan. Bukan wanita itu yang kena tinju tanganku, tapi kaca almari yang berada di depanku. Serpihan – serpihan kaca itu melukai tanganku. Jariku berdarah. Kemudian aku mencari kain untuk membalut lukaku.
            Aku kembali menangis.... dua bulan aku tak pulang, dan kepulanganku disambut oleh rumput-rumput liar yang bergoyang, debu-debu yang melekat di seluruh ruangan, dan sarang laba-laba yang berkuasa dimana-mana. Tak ada seorangpun yang bisa kutemui dirumahku sendiri.
Semenjak aku SD, ibuku pergi bekerja di Ibukota. Mengarungi nasib sebagai pembantu rumah tangga. Hidup kami memang pas-pas an. Belum lagi mereka harus membiayai sekolahku. Hingga kini aku nekat masuk salah satu universitas swasta di Jawa Timur. Satu-satunya alasan hanyalah ingin mengejar cita, ingin merubah nasib. Kakakku merantau ke negara tetangga semenjak dua tahun yang lalu. Dirumah hanya ada ayahku yang bekerja sampingan sebagai tukang. Dan gaji ayahku belumlah cukup untuk membiayai sekolahku, kemudian waktu itu ibu rela bekerja di luar negeri untuk membantu ayahku. Namun sejak itu pula keluargaku hancur.
Dua bulan yang lalu ketika aku pulang kerumah, ayah masih berada dirumah. Waktu itu beliau sedang membuat almari, pesanan orang katanya. Beliau sama sekali tak menyinggung soal rencana kepergiannya. Justru ayah memberiku uang saku yang lebih banyak dari biasanya. Ada gelagat yang mencurigakan yang tak kumengerti. Beliau sepertinya ingin aku segera kembali ke kost. Namun ketika itu aku tak sadar.
Aku tak kuat melihat keadaan rumah yang begitu tragis. Kulangkahkan kakiku keluar rumah, aku berlari sekuat tenaga. Hingga akhirnya aku sampai pada suatu rumah mungil yang begitu sejuk.
Ketika seorang tua renta terlihat di depan pintu, aku segera berlari dan memeluk orang tua itu. Airmataku lagi-lagi menitik deras. Aku tetap tidak bisa menyembunyikan kesedihanku. Aku  mendekap erat tubuhnya dan tangisku semakin meledak.
“ono opo to nduk kok nangis?”
Kemudian aku berusaha membohonginya,
“mboten mbah... aku kangenn mpun dangu mboten mantuk!!” (tidak apa-apa nek, aku Cuma kangen udah lama enggak pulang)
“owalah... ayo ndang mlebu,  maem kono!!” (ayo cepet masuk rumah, cepet maem sana!)
“nggih mbah”
Aku mencoba membuka mulut di sela-sela makanku.
“mbah, bapak kesah tengpundi?” (ayah pergi kemana nek?)
Pertanyaanku terlontar sambil menahan perasaan perih didada.
Kemudian beliau menjawab, ayah pergi cari kerja diluar kota, namun dari raut wajah nenekku, ada segurat kebohongan yg muncul disana. Beliau tampak gundah menceritakan yang tidak sebenarnya. Aku semakin yakin bahwa isu yang beredar tentang ayahku memang benar.
            Hatiku semakin perih ketika mengerti semuanya. Ayahku seorang hidung belang. Ya inilah kebenaran nyata tentang keluargaku! Inikah takdir keluarga hamba ya Tuhan? Kenapa duh Illahi? Kenapa kau munculkan kembali aib keluarga kami...??? aku inginbahagia Tuhanku....
Aku ingin seperti mereka yang memiliki keluarga yang bahagia. Keluarga yang penuh berkah, keluarga yang sakinah, mawadah, warohmah.
            Pada siapa lagi aku harus mengadu Tuhanku? Tak cukupkah Engkau memberiku cobaan yang bertubi-tubi? Tak cukupkah aku mejadi seorang anak yang terlantar oleh kasih sayang? Apa yang harus ku lakukan sekarang Rabbku? Haruskah aku menghentikan sekolahku hanya karena aku tak mau rumahku terlantar? Jawab Tuhan!!!! Jawab!!!!!!!!
Tugas siapakah seharusnya yang menjaga rumah ini Ya Allah? Aku malu duh Allah, pujaan hatiku.. aku maluuu.... aku sudah muak dengan cemoohan orang-orang. Siapakah yang harus bertanggung jawab atas semua ini ya Allah? Lagi-lagi akulah penerima hinaan dan cemoohan para tetangga.
            Aku tak mampu menangis lagi, namun ragaku begitu lemas tak berdaya.
“nduk, ratri.... geneo kok pucet awakmu? Po loro nduk?”
(ratri, kenapa wajahmu pucat sekali nak? Kamu sakit?/ beliau sambil meraba keningku yang terasa mendidih)
Aku jatuh sakit. Aku dirawat dirumah nenekku selama dua hari. Seharusnya aku sudah masuk kuliah hari ini. Namun kondisiku masih begitu lemas. Aku tak kuat. Aku meninggalkan mata kuliah untuk dosen yang sangat killer. Ah.. tapi aku melupakan semua tentang kehidupan kampus sejenak. Aku melupakan semua tugas yang diberikan para dosen, aku melupakan tugas dari organiasiku, aku melupakan tentang pengajuan beasiswa yang kuperjuangkan mati-matian bersama kekasihku. Aku melupakan kekasihku yang telah berkorban apapun untuk kebahagiaanku. Aku melupakan teman-teman kost yang begitu humoris, aku melupakan tentang agenda perkemahan pramuka. Aku melupakan Indah, sahabat terbaikku dikelas. Aku melupakan semuanya. Handphone pun aku lupakan. Entah siapapun yang menghubungiku pasti akan kecewa bahkan marah-marah karena tak pernah aku hiraukan.  Fikiranku masih terbayang-bayang oleh kehancuran keluargaku. Wajahku terbayang sosok bunda yang sangat kurindukan. Fikiranku kosong, pandanganku hampa. Aku hampir mirip mayat hidup. Aku seperti tak punya harapan untuk bahagia.
Namun...
            Perlahan-lahan kondisiku mulai membaik. Kupaksakan diriku untuk melangkah pulang kerumah yang tak berpenghuni itu. Aku masih malas untuk berbicara. Membuka mulutpun aku tak mau. Namun kondisi badanku sudah baik, aku sudah sembuh.
            Di tengah perjalanan, aku melihat seekor elang yang terbang melayang mengitar diatas kepalaku. Aku menengadah ke atas. Pandanganku tak lepas dari seekor elang itu. Elang itu begitu gagah, mempunyai sayap yang sangat lebar dan kuat. Aku merasa dia seperti berbicara kepadaku, berteriak memanggilku, mengajakku untuk terbang dan melupakan masalahku. Sebenarnya aku tak mengerti tentang bahasanya, namun aku menangkap sebuah motivasi untuk bangkit dan terbang menggapai bintang. Ya... aku ingin terbang ke angkasa raya untuk sebuah cita. Aku harus bisa menggapai impianku. Menjadi orang sukses untuk membahagiakan mereka yang kini terpisahkan.
Ayah.. Bunda..
Lihatlah suatu saat nanti, aku akan mempersatukan kalian dengan keberhasilanku. Aku akan membaggakan dan membahagiakan kalian berdua. Sumpahku.... untuk kebahagiaan kalian...!!!!!!!
            Lamunanku dibuyarkan oleh nada ringtone pada handphone ku yang berbunyi kencang. Sebenarnya banyak pesan masuk yang belum aku baca. Banyak laporan panggilan tak terjawab yang belum aku lihat. Suara itu mengagetkanku, namun kali ini aku menjawab telfon itu. Indah, sahabat kelasku menelfonku.
”hallo.. assalamu’alaikum... ndah”
“ratri... loe kemana aja sich? Gue hubungin loe berkali kali nggak aktif. Sms juga gak dibales pula! Kemana aja?”
Tanpa menjawab salamku, Indah langsung nyerocos marah-marah.
“maafin aku ndah, aku pulang kampung, terus aku dikampung sakit. Makanya jarang pegang hp. Emangnya ada apa?”
“heh.... loe tuh dapat beasiswa tau nggak sich..... selamat ya ratriiii”
Suara indah di seberang sana begitu kencang hingga aku terkejut.
“apa ndah??? Kamu serius?????”
“loe pikir gue bo’ong apa? Yaudah mending loe cepet balik deh ya? Loe langsung ke kampus aja nemuin pak dekan!! Oke rat?”
“alhamdulillah.... duh Gustiiiii!! Akhirnya perjuangan cayank          ku gak sia-sia... “
“apa rat? Loe ngomong apa? O iya, gue hampir lupa, loe dicariin Dika terus tuh!!!  Loe sich gak pernah kasih kabar juga sama dia. Tega loe ma pacar sendiri!!!”
“hehehehe... iya-iya ndah... ntar aku hubungin kok! Makasih juga ya atas informasinya? Kamu tau gak ndah, Dika yang memperjuangankan semua data-data persyaratan beasiswaku. Kalaupun aku benar-benar berhasil, akan aku persembahin keberhasilanku untuknya.”
“cie...cie...... romantis banget loe rat? pengennnnnn... ya udah ya rat cepetan balik ke kampus. Gue tunggu traktir-traktirnya ya....?”
“ah kamu bisa aja ndah! Terus gimana kamu sendiri? Diterima gak pengajuan beasiswamu?”
“gue belum rat, moga aja tahun depan dapet, tenang aja kan masih banyak kesempatan... yaudah gitu ja ya rat? Assalamualikum...”
“ya deh, walaikumsalamm.......”
Klik. Telfon terputus.
Seketika itu pula aku bersujud syukur mencium tanah atas  keberhasilanku. Airmataku mengalir membasahi tanah. Alhamdulillah ya Allah. Aku benar-benar nggak nyangka setelah ujian yang diberikan Allah kepadaku, Dia menghadiahkan suatu rezeki kepadaku. Alhamdulillah ya Allah... terimakasih atas anugerah yang Engkau berikan. Kini aku yakin bahwa akan selalu ada kemudahan disetiap kesulitan. Akan selalu ada jalan disetiap jiwa yang tulus. Akan selalu ada keberhasilan disetiap perjuangan yang ikhlas.
            Terima kasih Dika, kekasihku... karena Engkau yang telah memperjuangkan semua untukku. Engkau yang telah berkorban disetiap kebahagiaanku.
Terima kasih untuk ayah ibundaku serta kakakku yang telah mendukungku meski aku jarang melihat wajah dan senyum kalian.
Terima kasih untuk Allahku yang telah mengizinkanku untuk merasakan nikmatmu.
Terima kasih untuk semua....
            Keberhasilanku ini aku persembahkan untuk bundaku yang telah melahirkanku, memberikan kasih sayang kepadaku. Juga ayahku, meski aku tak tau sekarang Engkau dimana yah...? cepatlah kembali....!
Untuk kakakku yang berada di perantauan. Cepatlah mencari jodoh kak...! ingin rasanya adik cepet-cepaet nimang keponakan...
Dan yang terakhir... Untuk Dika....
Kekasihku.........
Aku sayang kamu!
Aku sayang kalian semua.....!!


END


















           





































































tabah's blog Copyright © 2009 Designed by Ipietoon Blogger Template and web hosting